A. Awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia,berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme,Hindu dan Budha,sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “
masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi.
Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke
Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung
dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama.
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia
melalui beberapa cara antara lain :
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena
orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi
setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke
Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari
keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang
sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di
Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan
oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang
yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3.
Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.
Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara
adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di
Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau
Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang
dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
C.PROSES
MASUKNYA AGAMA ISLAM
Rute
perdagangan melalui laut yang sering dipakai dalam oleh bangsa Indonesia dan
bangsa-bangsa lainnya adalah Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Samudera
Indonesia, Teluk Persia, Laut Merah, Laut Hitam, sampai Laut Tengah.
Sejak abad ke 7, sistem perdagangan Islam sudah
terasa lebih maju dari bangsa-bangsa lainnya. Hal ini ditandai dengan :
1. Munculnya sistem perdagangan bebas, yaitu jual
beli barang tanpa batas syarat.
2. Menggunakan perdagangan saham, bagi bangsawan
bisa memberikan modal kepada suatu perusahaan dagang dengan membeli saham.
3. Banyaknya pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai
oleh pedagang Islam.
1. SUMBER BUKTI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
:
a.
Catatan Pedagang Arab
Berdasarkan catatan dari Ibnu Hordadzbeth
(844-848), Sulayman (902), Ibnu Rosteh (903), Abu Zayid (916) dan Mas’udi (955)
menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya melakukan perdagangan dengan kerajaan Oman
dengan menjual kayu, timah, gading, rempah-rempah, merica, pala dan lain-lain.
Ini terjadi pada tahun 7 saat Sriwijaya dipimpin oleh Raja Zabaq.
b. Catatan
Ibnu Batuta
Ibnu Batuta mendapat tugas untuk melakukan
pelayaran ke Cina atas perintah Moh. Ibn Tuglag dari India. Ia mengemukakan
bahwa di Indonesia sudah menggunakan nama-nama yang bernuansa Arab, yakni Syekh
dan Malik.
c. Catatan
Marcopolo
Saat perjalanan pulang Marcopolo dari Cina dan
singgah di Perlak sudah melihat adanya kerajaan Islam di Tumasik dan Samudera
Pasai. Kedua kerajaan tersebut menguasai Selat Malaka dan melakukan hubungan
dagang ke Gujarat dan Benggala
b Catatan
Ma Huan
Pada tahun 1400 M, Ma Huan adalah seorang
penulis muslim asal Cina ikut serta bersama Laksamana Cheng-Ho yang juga Muslim
melakukan eskpedisi ke tanah Jawa. Catatannya yang ditulis dalam buku Yingyai
Seng-lan, menuturkan bahwa orang Cina yang bermukim di Jawa berasal dari Kanto,
Zhangzhou, dan Quanzhou, kebanyakan dari mereka telah masuk Islam dan mentaati
agama.
e.
Catatan Tome Pires
Dalam catatan orang Portugis
yang bernama Tome Pires menyebutkan bahwa pada awal abad XVI kerajaan-kerajaan
di Sumatera telah menganut ajaran Islam, di Tuban dan Gresik sudah terdapat
keturunan ketiga para pengusaha-pengusaha beragama Islam.
f. Batu Nisan
Ditemukannya batu nisan yang
memiliki corak bernuansa Islam, antara lain:
1. Makam Fatimah binti Maimun, diperkirakan
meninggal pada tahun 1025.
2. Makam Sultan Malik al-Saleh, meninggal tahun
1297.
3. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, meninggal
tahun 1419
2. WALI SONGO :
1. Maulana Malik Ibrahim
atau Maulana Maghribi, menyebarkan agama Islam di Gresik dengan menggunakan
pendekatan pergaulan.
2. Sunan Ampel, menyebarkan agama Islam di
Surabaya.
3. Sunan Bonang putra Sunan Ampel, menyebarkan
Islam di Tuban.Sunan Drajat putra ketiga Sunan Ampel, menyebarkan Islam di
Sedayu (Surabaya).
4. Sunan Giri (Raden Paku) murid Sunan Ampel,
menyebarkan Islam di Gresik
5. Sunan Muria, menyebarkan Islam di daerah
pedalaman Kudus.
6. Sunan Kudus (Udung), menyebarkan Islam di
Kudus.
7. Sunan Kalijaga (Joko Said), menyebarkan Islam
di Kadilangu (Demak).Sunan
8. Gunung Jati (Fatahillah), menyebarkan Islam di
Cirebon
3. PENGARUH DAN PENINGGALAN BUDAYA WALI
SONGO
- Raden Fatah sewaktu menjadi raja Demak tidak
memakaipakaian adat Arab, tetapi memakai kuluk, jamang dan sumping.
- Cerita wayang lebih bervariasi, diambil
cerita-cerita rakyat dan cerita dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Bentuk
wayang yang semula boneka dimodifikasi menjadi pipih terbuat dari kulit.
- Menara Mesjid Kudus mirip dengan candi dengan
bentuk atap menyerupai pura.
- Sunan Giri menciptakan lagu-lagu bernuansa
Islam, seperti Ilir-ilir dan Jamuran
4. AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDDHA DENGAN ISLAM
-
SENI BANGUNANA rsitektur bangunan mesjid dibuat secara khusus
untuk membedakan dengan bangunan lainnya. Biasanya atap mesjid dibuat
bertingkat, denah persegi panjang, memiliki serambi depan atau samping,
dikelilingi benteng dan gerbang berbentuk gapura. Contoh-contoh mesjid seperti
ini dapat dijumpai pada Mesjid Marunda, Mesjid Agung Demak, Mesjid Agung
Banten, dan Mesjid Agung Cirebon.
- SENI SASTRA Sastra karya Hamzah Fanshuri merupakan contoh
hasil akulturasi kebudayaan Islam dengan Budha, seperti terlihat dalam karyanya
yang berjudul Syair Perahu yang mengibaratkan hidup manusia di dunia bagaikan
mengarungi lautan, dan Syait Si Burung Pingai yang menggambarkan jiwa manusia
sama seperti burung yang sama seperti dzat Tuhan
5. KERAJAAN ISLAM
1. SAMUDRA PASAI
• Orang Gujarat, Persia dan Arab yang berdagang
dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah
kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan oleh dinasti
Mamaluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir,
begitupula di pantai Timur Sumatera.
• Utusan dinastri Mamaluk yang bernama Syekh
Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan
Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi
aliran Syafi’i.
• Sultan Malikul Shaleh digantikan oleh putranya
yang bernama Sultan Malikul Thahir, putra keduanya yang bernama Sultan Malikul
Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah.
• Saat Majapahit melakukan imperium ke seluruh
Nusantara, kesultanan di Pasai tunduk dan berada di bawah kekuasaan Majapahit.
• Nama-nama sultan pengganti Sultan Malikul Saleh
yang pernah berkuasa di Samudera Pasai adalah
1) Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malikul
Tahir (1297-1363).
2) Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik
Az-Zahir (1326-1348).
3) Sultan Zainal Abidin (1348-1383)
• Sumber-sumber yang menyatakan keberadaan
kesultanan di Pasai didapat dari catatan Ibnu Batuta saat ekspedisi dari India
ke Cina tahun 1345 dan catatan Marcopolo dari Venesia tahun 1292.
2. KERAJAAN MALAKA
• Didirikan oleh Paramisora, pangeran Majapahit
yang melarikan diri ke Tumasik setelah terjadi Perang Paregreg (1401-1406).
Pelariannya ke Tumasik (Singapura) dilanjutkan ke Semenanjung Malaka.
• Paramisora membuat pelabuhan sebagai tempat
singgah para pedagang dari luar negeri maupun dalam negeri.
• Paramisora mengganti agama lamanya dengan agama
Islam dan berganti nama menjadi Sultan Iskandar Syah.
• Kesultanan berikutnya adalah Muhammad Iskandar
Syah (1414-1424) yang menikah dengan putri dari Pasai.
• Sultan Mudzafat Syah menggantikan Muhammad
Iskandar Syah melalui kudeta, selanjutnya kesultanan dilanjutkan Sultan Mansur
Syah (1458-1477), Sultan Mahmud Syah (1488-1511).
• Tahun 1511 saat Kerajaan Malaka dipimpin Sultan
Mahmud Syah, terjadi penyerbuan oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso
d’Alburquerque.
• Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Johor dan
mendirikan kerajaan Johor
3. KERAJAAN ACEH
• Kerajaan Aceh didirikan
Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530
• Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan
Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568).
• Pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin
Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk
meminta ijin berdagang di Aceh.
• Penggantinya adalah Sultan Ali Riayat dengan
panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Portugis melakukan
penyerangan tapi usaha ini tidak berhasil.
• Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan
Iskandar Muda dari tahun 1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam
perdagangan. Banyak terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh
seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak,
Pahang dan Kedah (1615-1619).
• Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat
Sultan Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (1637-1642). Pada
masa ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan
agama (Teungku), sedangkan golongan agama sendiri tidak pernah bersatu karena
terdapat dua aliran yang berbeda, Syiah dan Sunni.
4. KERAJAAN DEMAK
• Kerajaan Demak didirikan
oleh Raden Fatah. Yaitu keturunan Raja Brawijaya V yang menikah dengan putri
Cina. Ketika Majapahit masih berkuasa walaupun dalam keadaan lemah, Raden Fatah
diangkat menjadi bupati di Bintoro (Demak) dengan gelar Sultan Alam Akbar al
Fatah. Tahun 1500 Demak menyerang Majapahit dan memindahkan pusat pemerintahan
di Demak.
• Setelah Raden Fatah wafat, Demak diserahkan
kepada Cu-cu atau Sumangsang, Selanjutnya Demak diperintah oleh Dipati Unus
dari tahun 1507.
• Tahun 1513 Demak memimpin pasukan yang dipimpin
oleh Dipati Unus melakukan usaha merebut Selat Malaka dari Portugis. Karena
kejadian itu, Dipati Unus dikenal dengan panggilan Pangeran Sabrang Lor atau
Pangeran yang menyeberang ke Utara.
• Sultan Trenggana menggantikan saudaranya Dipati
Unus dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggana memperluas wilayah kekuasaan Demak
ke Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan,
Blitar, Wirasaba (1535), Kediri (1539), dan Blambangan (1546). Usaha Demak
memperluas wilayah dilanjutkan ke Banten, Cirebon dan Jayakarta pada tahun 1525
dibawah pimpinan Fatahillah.
• Wafatnya Sultan Trenggana saat penaklukan
Blambangan menimbulkan konflik keluarga yang ingin menguasai tahta kerajaan
Demak. Adiknya yang bernama Pangeran Seda ing Lepen menjadi raja Demak, namun
tidak berlangsung lama dan digantikan oleh Pangeran Prawata putra Sultan
Trenggana. Namun Arya Penangsang putra Pangeran Seda ing Lepen sama-sama
menginginkan tahta kerajaan Demak.
5. KERAJAAN BANTEN
•
Untuk mengurangi pengaruh Portugis di Nusantara, Fatahillah membuat kerajaan
Banten sebagai kerajaan bawahan Demak. Fatahillah melanjutkan penaklukannya ke
Cirebon, dan kekuasaan Banten diserahkan kepada puteranya yang bernama
Hasannudin.
• Pada tahun 1522 Banten memutuskan untuk
melepaskan diri. Dengan demikian, Hasanuddin adalah pendiri dan peletak
cikal-bakal kerajaan Banten. Hasanuddin dinikahkan dengan putri Sultran
Trenggono
• Hasanuddin memiliki dua putera yaitu Maulana
Yusuf dan Pangeran Jepara. Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa
Jepara, Ratu Kali Nyamat dan menjadi pengganti penguasa Jepara.
• Pada tahun 1570 Banten diperintah Maulana Yusuf.
Ia melakukan penaklukan ke kerajaan Pajajaran yang masih beragama Hindu.
• Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580,
kekuasaan diberikan kepada Maulana Muhammad. Proses peralihan kekuasaan ini
mendapat tentangan dari Pangeran Jepara. Usaha Pangeran Jepara untuk menguasai
Banten dilakukan dengan penyerangan, namun gagal karena Maulana Yusuf dibantu
oleh para ulama.
• Tahun 1651-1682, Banten mengalami kejayaan saat
diperitah oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Ia sangat keras terhadap Belanda.
Anehnya, Sultan Haji (putra Sultan Ageng Tirtayasa) tidak menyetujui dan malah
bersekutu dengan Belanda.
6. KERAJAAN MATARAM
• Jaka Tingkir menantu
Pangeran Trenggono memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang, dan
kemudian mendirikan kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama di Pajang dengan
gelar Hadiwijaya.
• Jaka Tingkir melakukan penaklukan terhadap
kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur. Ia memberikan hadiah kepada dua orang
yang telah berjasa selama penaklukan, mereka adalah Ki Ageng Pamanahan yang
ditempatkan di Mataram dan Ki Ageng Panjawi yang ditempatkan di Panjawi.
• Pada tahun 1578 didirikan keraton oleh Pamanahan
di Plered sebagai ibukota wilayah Mataram. Setelah Pamanahan, kekuasaan wilayah
dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Senapati. Kelak, Senapati yang menjadi
peletak cikal-bakal kerajaan Mataram.
• Pada tahun 1613-1645, Sultan Agung membawa
Kerajaan Mataram ke dalam masa kejayaan.
• Amangkurat I putera dari Sultan Agung melakukan
kerjasama dengan Belanda untuk dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan di
daerah. Belanda berkeinginan untuk menguasai tanah Jawa yang subur dengan
memecah Mataram menjadi beberapa kerajaan kecil dan memaksa untuk dilakukan
Perjanjian Giyanti (1755). Isi dari Perjanjian Giyanti adalah membagi kerajaan
Mataram menjadi dua wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dengan Mangkubumi
sebagai raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I, dan Kasunanan Surakarta
dengan raja Susuhunan Pakubuwono III.
• Tahun 1813, oleh Belanda wilayah Mataram dibagi
menjadi 4 bagian yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.
7. KERAJAAN GOA TALLO
• Goa dan Tallo merupakan
kerajaan kembar, pada tahun 1603 Goa menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia
masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo menjadi kerajaan Islam saat Kraeng
Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian
besar Sulawesi dan bagian timur Nusa Tenggara.
• Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan
kepada Hasanuddin (1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkan,
bahkan kegigihannya sangat merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal
dengan “ayam jantan dari timur”. Penguasa Makassar selanjutnya adalah
Mapasomba, putra Hasanuddin.
• Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang
dipimpin oleh Aru Palaka menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun
1667, Belanda dapat menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian
Bongaya, yang isinya antara lain
1) Pengakuan hak monopoli Belanda.
2) Belanda dapat mendirikan benteng-benteng
pertahanan di Makassar.
3) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.
4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
8. KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
• Di
pulau Maluku terdapat empat kerajaan besar, yaitu Jailolo, Bacan, Ternate dan
Tidore. Ternate dan Tidore merupakan kerajaan besar yang menguasai persaingan
perdagangan dibandingkan dengan lainnya. Dalam persaingannya Ternate membentuk
Uli lima (persekutuan lima) yang terdiri dari Bacan, Obi, Seram dan Ambon,
sedangkan Tidore membentuk Uli siwa (persekutuan sembilan) yang terdiri dari
Jailolo, Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku sampai Irian.
• Portugis bersekutu dengan Ternate dan Spanyol
bersekutu dengan Tidore. Dengan perjanjian Saragosa Spanyol menguasai Filipina
dan Portugis menguasai Maluku.
• Sultan Tabariji dari Ternate ditangkap tanpa
alasan jelas dan dibuang ke Goa. Melihat kejadian tersebut Sultan Hairun
sebagai penguasa kerajaan Ternate secara terang-terangan menentang hak monopoli
Portugis di Maluku, dengan tipu muslihat Sultan Hairun dibunuh oleh bangsanya
sendiri.
• Tahun 1570 Sultan Baabulah berhasil mengusir
Portugis dari tanah Ternate. Akhirnya Portugis keluar dari Maluku dan tinggal
di daerah Timor Timur.
D. Perkembangan Islam di Beberapa
Wilayah Nusantara
1. Di Sumatra
Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk
dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan bahwa
kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah lain
telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan
rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261
s.d 1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah
mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan
utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada,
tetapi bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala
itu. Baru pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama
tiga tahun. Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat
Syah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan
Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten
Aceh Besar).
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir
bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Dibawah
pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus
mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan
Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke
seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur
Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara.
Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus
semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke
Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami
Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan
ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16.
Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi
(Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh
dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.
2.
Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke
tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7
M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat
Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin
Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai
pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah
selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan
Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan
Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau
Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan
sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H)
dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa,
ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya
lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main
wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel
tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini
lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah
(Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan
Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah
Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun
1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau
Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai
ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel
wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama
Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat
menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang
bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang
fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).
Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i
yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon
yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid
Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif
Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang
hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat
tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara.
i.
Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau
menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian
daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan
damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam
Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan
sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki
kepastian hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena
daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam.
3.
Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia,
sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi
ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula
yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut
catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah
ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu
banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di Sumatra,
Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang
dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau
Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah
pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Melalui
seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan
pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama
memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan
diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan
Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja
Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan
raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M.
Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani.
Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan
manca negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan
Gowa (Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan
Hasanuddin (1653-1669).
4.
Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang
lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka
yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka
ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan
komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa.
Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak
berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut
berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka
lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang
terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
a. Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis
kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden
Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta
bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya
sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal
Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.
Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan
janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat
itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya
Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar
berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan
Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan
Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai,
Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.
b. Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri
Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk
kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang.
Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai
ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh
Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.
5.
Di Maluku
Kepulauan Maluku terkenal di dunia
sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang
asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau
dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di
kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440
dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para
da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore,
raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa
raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M).
Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi
diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan
, yaitu Ternate dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar
jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke
Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang
disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang
juga berasal dari Maluku.
Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau
Waigio dan Pulau Gebi.
http://psucianingsihsejarah.blogspot.com/